Jumat, 24 Juli 2015

MENGAPLIKASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER

Untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, maka peserta didik tidak boleh dipisahkan dari lingkungannya, terutama lingkungan budayanya. Sebab, peserta didik hidup tak terpisahkan dari lingkungannya, dan bertindak dengan kaidah-kaidah budayanya. 

Ini penting agar peserta didik tidak terasing dari lingkungan budayanya sendiri atau yang lebih parah, tidak menyukai budaya sendiri. Budaya yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang dimulai dari lingkungan RT, RW, desa dan seterusnya sebagai sebuah bangsa. 

Semakin kuat akar budaya seorang peserta didik semakin kuat pula kecenderungannya untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik. Sehingga seperti yang sering terjadi belakangan ini, peserta didik tidak akan terlibat aksi perkelahian atau tawuran, karena mereka tahu tawuran merupakan sikap yang tidak sesuai budaya ketimuran.

Pendidikan budaya dan karakter merupakan inti dari proses pendidikan. Proses tersebut idealnya berlangsung berkelanjutan, dan dapat dilakukan melalui berbagai mata pelajaran seperti Kewarganegaraan, Sejarah, Geografi, Ekonomi, sampai mata pelajaran IPA, Matematika, Agama dan lain-lain. 

Nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter diidentifikasi dari beberapa sumber. Antara lain agama, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Karena itu kehidupan individu, masyarakat dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. 

Sumber yang lain adalah Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional itu sendiri. Terkait dengan Pancasila, para peserta didik diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga masyarakat dan negara. 

Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, teridentifikasi sejumlah nilai karakter bangsa untuk digunakan sebagai materi pendidikan budaya dan karakter bangsa. Nilai karakter bangsa tersebut antara lain mencakup nilai religius, kejujuran, toleransi, disiplin, kerjakeras, kreatif, mandiri, demokratis, serta memiliki rasa ingin tahu yang besar. Masih ada beberapa nilai karakter lain yang patut dikembangkan di kalangan peserta didik. 

Dalam hal nilai religius, maka para siswa perlu diajarkan untuk patuh melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, memiliki sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan selalu hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 

Disamping itu, para siswa juga harus dibiasakan untuk menjadi pribadi yang dapat dipercaya baik dalam perkataan, tindakan dan pekerjaannya. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya juga harus dikembangkan pada diri peserta didik. 

Terhadap keberhasilan secara personal, maka para siswa juga perlu diajarkan untuk memilki sikap disiplin dan kerja keras. Disiplin yakni bersikap patuh terhadap tata tertib dan peraturan yang sudah menjadi ketetapan. Ini mengajarkan siswa untuk bersikap menghormati undang-undang, ketika mereka kelak dewasa. 

Sikap kerja keras juga perlu diajarkan pada peserta didik, karena hanya orang-orang yang mau bekerja keras yang akan menuai keberhasilannya. Sikap kerja keras selama masih belajar di sekolah, dapat ditunjukkan misalnya dengan upaya sungguh-sungguh dalam dalam mengatasi berbagai hambatanbelajar dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Peserta didik yang sudah memiliki sikap kerja keras, tidak akan berpikir untuk mencari jalan pintas dalam menyelesaikan tugas - tugasnya. Ini menjadi pelajaran agar kedepan ketika sudah bekerja, seseorang tidak akan menggunakan jalan pintas dan mementingkan diri sendiri. Karena itu, sejak awal peserta didik harus pula didukung dengan pola pikir yang kreatif dan sikap yang ,mandiri saat menyelesaikan tugas – tugasnya. 

Pemberian pendidikan karakter pada peserta didik tersebut, tidak hanya menjadi tanggung jawab institusi pendidikan semata. Melainkan juga perlu diaplikasikan dalam konteks kehidupan masyarakat sehari-hari. 

Dan menurut penulis, hal inilah yang perlu dilakukan karena proses penanaman nilai – nilai karakter tersebut apabila mendapatkan respons dan fokus positif untuk dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, maka hasilnya akan sangat meningkat. 

Sebagai contoh sederhana, dalam kehidupan sehari-hari dalam suatu keluarga, untuk menanamkan nilai religius maka peran orang tua untuk memberikan teladan kepada putra putrinya akan sangat bermanfaat sekali. Ketika di sekolah pada mata pelajaran agama peserta didik dilatih dan diajak untuk menjalankan salat lima waktu bagi yang bergama Islam sebagai salah satu bentuk nilai karakter religius, akan bermakna, bila di lingkungan keluarga khususnya orangtua memberikan teladan yang baik dalam menjalankan ibadah tersebut. 

Untuk itu perlu kesadaran dari pihak orangtua untuk tetap berusaha menanam nilai-nilai karakter pada anak-anaknya sehingga akan menjadi suatu kebiasaaan. Sehingga, nilai – nilai karakter yang diterapkan di sekolah juga akan menjadi suatu kebiasaan siswa di rumah dan di lingkungannya. 

Mengapa perlu menjadikan pendidikan karakter ini sebagai suatu kebiasaan? Karena bila hal ini berhasil, maka anak-anak yang dididik tersebut akan benar-benar mampu mengaplikasikannya tanpa harus mendapatkan kontrol atau paksaan. Dengan kata lain, pelaksanaan nilai-nilai karakter akan dilakukan berdasarkan kesadaran diri sendiri. 
(Artikel ini sudah dimuat dalam Koran JOGLOSEMAR kolom “Pendidikan” pada hari Senin, 15 Oktober 2012)

Oleh : Siti Latifah, S.Pd,M.Pd
(Guru SMP Negeri 15 Surakarta)

0 komentar :

Posting Komentar